Skip to main content

Rancangan Awal RPJMD,,, apakah bisa kita klaim menjadi angka kredit semuanya???

Nah kebetulan, hari ini ada teman sejawat yang menanyakan tentang beliau diminta untuk membuat laporan rancangan awal RPJMD oleh pimpinannya, dan kebetulan saya pernah membuat rancangan awal RPJMD juga ditugaskan oleh pimpinan,, jadi saya mau share aja disini...

Jadi intinya ketika kita diminta untuk mengerjakan sesuatu, itu biasanya belum tentu semua dapat diklaim menjadi angka kredit, seperti contoh, mengerjakan mengenai Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, nah jika kita sampaikan itu semua sebagai laporan, maka sudah dapat dipastikan sulit untuk mendapatkan angka kredit. nah bagaimana caranya, yaitu seperti biasa, kita pilah-pilah, mana yang bisa menjadi angka kredit.. oke langsung aja ya..

Makalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kota Tasikmalaya Tahun 2013 – 2017
Di sajikan dalam laporan RPJMD Kota Tasikmalaya Tahun 2013 - 2017

I. Penyajian Latar Belakang Masalah (0,1)
Dalam merencanakan suatu kota atau wilayah perlu adanya data-data
atau informasi yang cukup jelas guna mewujudkan perencanaan yang baik
dan tertata. Oleh karena itu maka informasi sekecil apapun atau data yang
diperoleh sangat bermanfaat dalam merencanakan selama 5 tahun kedepan.

Adapun data yang diperoleh diharapkan dapat mewakili atau
merepresantasikan secara umum mengenai kondisi dan gambaran wilayah.
Penyusunan Rancangan RPJMD Kota Tasikmalaya tahun 2013 – 2017
merupakan suatu kewajiban kepala daerah dalam melaksanakan visi dan misi
nya dengan perwujudan kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang nyata
untuk membangun wilayah Kota Tasikmalaya. Oleh karena itu, pentingnya
data sebagai basis untuk merencanakan kedepan sangat diperlukan.

II. Pengumpulan Data Sekunder (0,1) x 20 = 2
A. Data geografis Kota Tasikmalaya (0,1)
Secara geografis Kota Tasikmalaya terletak antara 108o08’38” BT-
108o24’02” BT dan antara 7o10’ LS-7o26’32” LS, berada di bagian tenggara
Provinsi Jawa Barat, berjarak ± 105 Km dari Kota Bandung dan ± 255 Km dari
Kota Jakarta, dengan luas Wilayah 18.385 Hektar (183,85 Km2) serta batasan
administratif pemerintahan sebagai berikut:
1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya
(Kecamatan Cisayong, Sukaratu) dan dengan Kabupaten Ciamis
(Kecamatan Sindangkasih, Cikoneng, Cihaurbeuti), dengan batas
fisik Sungai Citanduy;
2. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya
(Kecamatan Jatiwaras dan Sukaraja);
3. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya
(Kecamatan Sukaratu, Leuwisari, Singaparna, Sukarame, Sukaraja)
dengan batas fisik Sungai Ciwulan;
4. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya
(Kecamatan Manonjaya dan Gunung Tanjung) dengan batas fisik
saluran irigasi Cikunten II dan Sungai Cileuwimunding.

B. Data Administrasi Kota Tasikmalaya (0,1)
Kota Tasikmalaya menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2001 memiliki Wilayah seluas 17.156,20 Hektar yang terbagi kedalam
8 (delapan) Kecamatan, terdiri dari 15 Kelurahan dan 54 Desa.
Seiring perkembangan Kota Tasikmalaya dan adanya tuntutan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat, sejak tahun 2008 Kota
Tasikmalaya menjadi 10 (sepuluh) Kecamatan dan 69 Kelurahan
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008
tentang Pembentukan Kecamatan Bungursari dan Kecamatan
Purbaratu Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya
Tahun 2011-2031, luas wilayah administrasi Kota Tasikmalaya
adalah 18.385,07 ha (183,85 Km2). Hal ini tidak berarti ada
penambahan wilayah, seluas 1.229,07 Ha (12,29 Km2) dari
sebelumnya 17.156 Ha (171,56 Km2) akan tetapi menyangkut
metodologi pengukuran yang dilakukan Bakosurtanal pada tahun
2010.

C. Data Topografi Kota Tasikmalaya (0,1)

Kota Tasikmalaya berdasarkan bentang alamnya berada pada
ketinggian antara 201 sampai dengan 503 meter di atas permukaan
laut (mdpl) dan mempunyai dataran dengan kemiringan relatif kecil.
Daerah tertinggi berada di Kelurahan Bungursari Kecamatan
Bungursari (kaki Gunung Galunggung) yaitu 503 mdpl sedangkan
terendah berada di Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu yaitu 201
mdpl.

Ditinjau dari fisiografi wilayah, tempat tertinggi di Kota
Tasikmalaya terdapat di bagian barat dan selatan, kemudian
menurun ke tengah di sekitar pusat kota menuju utara serta sebagian
kecil dari timur ke tengah dan utara Kota Tasikmalaya. Pada bagian
selatan wilayah Kota Tasikmalaya, di sekitar Kecamatan Kawalu dan
Cibeureum, kondisinya cenderung berbukit-bukit dengan ciri hutan
dan kebun campuran.

D. Data Klimatologi Kota Tasikmalaya (0,1)
Menurut klasifikasi iklim Mohr, terdapat tiga jenis pembagian
bulan dalam kurun waktu satu tahun, disebut bulan basah apabila
curah hujan > 100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan
berkisar antara 100-60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60
mm per bulan. Berdasarkan tabel 2.4, setiap tahunnya Kota
Tasikmalaya memiliki 3 sampai 4 bulan kering dan 8 sampai 9 bulan
basah, dengan rata-rata curah hujan di Kota Tasikmalaya sekitar
302,67 mm.

E. Kondisi Geologi (0,1)
Berdasarkan hasil kajian peta geologi lembar Tasikmalaya (T.
Budhitrisna, 1982), struktur geologi Kota Tasikmalaya terbentuk dari
material dasar berupa batuan induk vulkanik, yaitu susunan batuan
yang terdiri dari breksi vulkanik termampat lemah dengan bongkah
lava andesit yang dihasilkan pada tingkat gunung api tua. Batuan ini
tersebar merata, menutupi hampir seluruh wilayah Kota
Tasikmalaya. Pada tingkatan gunung api muda, susunan batuan
yang dihasilkan mulai dari breksi gunung api, lahar, tufa berlapis,
batuan andesit sampai basal yang tersebar secara terbatas di bagian
tenggara. Sedangkan pada bagian utara, tengah dan selatan terdapat
sesar normal, sesar naik, serta lipatan berupa antiklin dan siklin.

Pola struktur sesar normal akan menimbulkan pemotongan
pada bagian tubuh batuan dan umumnya membentuk gawir,
sedangkan sesar naik disamping dapat membentuk gawir juga
perlapisan batuan menjadi berlipat-lipat dan hancur, bidang
pemotongan ini merupakan bidang lemah yang biasanya membentuk
gawir-gawir curam dan terjal dimana proses gerakan tanah ini dapat
berkembang, hal ini sering terlihat pada bantaran sungai akibat
pengikisan dan penyempitan.

Secara umum daerah Kota Tasikmalaya dapat dibagi menjadi
tiga satuan geomorfologi. Satuan geomorfologi perbukitan landai
menempati bagian Barat Laut Kota Tasikmalaya, dengan ketinggian
berkisar 280-475 meter di atas permukaan laut. Satuan Geomorfologi
ini membentuk perbukitan-perbukitan soliter dengan ukuran
bervariasi berkisar puluhan meter. Satuan geomorfologi pedataran
menempati bagian tengah dan timur Kota Tasikmalaya, dengan
ketinggian berkisar 201-350 mdpl. Kedua satuan geomorfologi ini
tersusun atas litologi breksi volkanik, lava andesit, tuff dan endapan
pasir tufaan yang termasuk ke dalam Endapan Breksi Vulkanik
Gunung Galunggung yang berumur Holosen. Endapan ini
merupakan hasil letusan dan longsoran saat terjadi erupsi Gunung
Galunggung, sedangkan satuan geomorfologi perbukitan curam
menempati bagian selatan Kota Tasikmalaya. Satuan ini memiliki
ketinggian berkisar 300-503 mdpl, dan tersusun atas litologi breksi
gunung api, lahar, tuff yang bersifat andesitis sampai basaltis yang
termasuk ke dalam endapan Gunung api Muda yang berumur
Holosen.

F. Kondisi Hidrogeologi dan Hidrologi (0,1)
Ditinjau dari kondisi hidrogeologi, Kota Tasikmalaya
dikategorikan sebagai daerah akuifer, alirannya didasarkan melalui
celahan dan ruang antara butir yang merupakan ciri dari lereng
gunung api strato. Sistem akuifer di Kota Tasikmalaya yang dapat
dimanfaatkan untuk pengambilan air dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu; sistem akuifer tunggal pada unit vulkanik, sistem akuifer pada
celahan-celahan batuan sedimen tersier serta sistem akuifer
rekahan-rekahan yang dibentuk oleh batu gamping. Sumber daya air,
sebagai ciri utama kondisi hidrologi wilayah Kota Tasikmalaya dapat
diklasifikasikan menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Air permukaan
Air permukaan dapat diartikan sebagai aliran air yang
mengaliri permukaan Kota Tasikmalaya maupun dalam bentuk
genangan yang cukup luas, bentuknya meliputi sungai dan air
dalam cekungan (danau/situ).
2. Air hujan
Air permukaan jenis air hujan yang dapat dimanfaatkan
untuk sumber daya air setempat cukup besar. Di Kecamatan
Tamansari potensi air tersebut mencapai 49-416 juta m3/hari,
sementara di Kecamatan Mangkubumi mencapai 59-501 juta
m3/hari.
3. Air sungai dan air waduk
Sungai-sungai yang mengaliri Kota Tasikmalaya adalah
Citanduy, Ciloseh, Ciwulan serta Cibanjaran. Sedangkan anak
sungainya yaitu beberapa anak sungai dari Sungai Cibanjaran
yang meliputi Sungai Cihideung/Dalem Suba, Cipedes,
Ciromban, Cidukuh, Cicacaban, Cibadodon, Cikalang, Tonggong
Londok, Cibeureum dan Cimulu. Sungai-sungai tersebut
mengalir sepanjang tahun dan bermuara di Sungai Citanduy,
kecuali Sungai Ciwulan. Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam 2
(dua) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Citanduy dan DAS
Ciwulan. DAS Citanduy memiliki limpasan air sungai rata-rata
bulanan sebesar 17 m3/detik atau rata-rata harian sekitar 5,5
m3/detik, sedangkan DAS Ciwulan memiliki limpasan air sungai
rata-rata harian sebesar 13,7 m3/detik. Jumlah kedua limpasan
adalah 1.658.880 m3/hari. Sedangkan waduk/situ di Kota
Tasikmalaya mempunyai potensi menyediakan air sebesar
1.646.750 m3. Situ-situ tersebut adalah Situ Gede di Kecamatan
Mangkubumi (6.000 m3/detik), Situ Cibeureum, Situ Cibanjaran,
Situ Malingping, Situ Bojong dan Situ Cicangri di Kecamatan
Tamansari (6.000 m3/detik).
4. Air Tanah
Selain potensi air permukaan, Kota Tasikmalaya memiliki
potensi kandungan air tanah yang relatif dangkal, karena air
tanah dapat diperoleh dari sumur dengan kedalaman antara
3,00-10,00 m. Kedalaman sumur gali untuk bisa keluar air cukup
dangkal, antara 1,50-7,00 m. Sumber air tanah dalam bentuk
mata air yang terdapat di Kecamatan Bungursari (mata air
Cibunigeulis), Kecamatan Tamansari (mata air Cibangbay) serta
Kecamatan Mangkubumi (mata air Cianjur II)

G. Penggunaan Lahan (0,1)
Menurut hasil interpretasi foto udara tahun 2008, penggunaan
lahan di Kota Tasikmalaya terdiri dari 1.884,82 Ha (10,90%) luas
lahan terbangun dan sekitar 15.411,34 Ha (89,10%) luas lahan tidak
terbangun.
1. Lahan Terbangun, meliputi:
a. Lahan perumahan/permukiman, mencapai sekitar 1.539 Ha
(8,90%) dari total luas lahan Kota Tasikmalaya;
b. Lahan jasa dan perdagangan sekitar 122,23 Ha (0,71%) dari
total luas lahan Kota Tasikmalaya;
c. Lahan Lapangan Udara Wiriadinata mencapai 111,55 Ha
(0,65%) dari total luas lahan Kota Tasikmalaya;
d. Sisanya sekitar 112,04 Ha (0,65%) dari total luas lahan Kota
Tasikmalaya dimanfaatkan untuk perkantoran, pusat
pemerintah, fasilitas sosial dan transportasi, militer, industri,
fasilitas olahraga, sarana olahraga, terminal dan stasiun.

2. Lahan Non Terbangun
a. Lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian sekitar 6.300,92
Ha (36,45%) dari total luas lahan Kota Tasikmalaya;
b. Lahan kebun campuran sekitar 6.157,19 Ha (35,62%) dari total
luas lahan Kota Tasikmalaya;
c. Lahan ladang sekitar 1.776,07 Ha (10,28%) dari total luas
lahan Kota Tasikmalaya;
d. Lahan hutan seluas 409,06 Ha (2,37%) dari total luas lahan
Kota Tasikmalaya;
e. Lahan kosong seluas 338,11 Ha (1,96%) dari total luas lahan
Kota Tasikmalaya;
f. Sisanya seluas 418,13 Ha (2,42%) dari total luas lahan Kota
Tasikmalaya merupakan lahan galian pasir, TPU, taman, situ,
lahan tidak produktif, belukar dan lahan lainnya.

H. Daerah Rawan Bencana (0,1)
Di Kota Tasikmalaya terdapat beberapa potensi rawan bencana,
diantaranya bencana alam geologi aliran lahar dan rawan gerakan
tanah skala menengah.Wilayah rawan bencana tersebut diantaranya:
1. Rawan bencana alam geologi aliran lahar
Gunung api terdekat dengan Kota Tasikmalaya adalah
Galunggung, sekitar 19 km dari pusat kota. Gunung ini
merupakan gunung api tipe A yang masih aktif, letusan terakhir
terjadi pada tahun 1982 mengakibatkan kerusakan yang cukup
parah. Berdasarkan data dasar gunung api di Indonesia
(Direktorat Vulkanologi, 1978) beberapa lokasi yang termasuk
daerah waspada antara lain sekitar alur Sungai Ciwulan, Cimulu
serta di bagian timur dan utara Kota Tasikmalaya.
2. Rawan bencana gerakan tanah skala menengah
Kawasan rawan bencana ini berada di daerah yang sering
terjadi gerakan tanah, seperti daerah yang berbatasan dengan
sungai, gawir, tebing jalan atau lereng yang aktif akibat curah
hujan yang tinggi. Luas keseluruhan kawasan ini kurang lebih
1.588 Ha, meliputi sebagian Kecamatan Kawalu di sekitar
bantaran sungai Ciwulan, sebagian Kecamatan Purbaratu di
sekitar bantaran sungai Citanduy dan sebagian Kecamatan
Tamansari di sekitar bantaran sungai Cikembang.

I. Jumlah Penduduk (0,1)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Tasikmalaya, jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 646.216
jiwa terdiri dari laki-laki 326.965 jiwa dan perempuan
319.251 jiwa. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan
Mangkubumi sebanyak 86.713 jiwa, diikuti Kecamatan Kawalu
dan Kecamatan Cipedes sebanyak 86.581 jiwa dan 76.219 jiwa.
Dilihat dari tingkat kepadatannya, kecamatan dengan
penduduk terpadat ialah Kecamatan Cihideung sebanyak 13.681
jiwa/Km2 diikuti Tawang dan Cipedes mencapai 11.986
jiwa/Km2 dan 7.714 jiwa/Km2. Sedangkan 7 (tujuh) kecamatan
lainnya berkisar 1.500 sampai dengan 5.500 jiwa/Km2, berada
dibawah rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota
Tasikmalaya sebesar 3.704 jiwa/Km2 artinya terdapat
ketimpangan sebaran penduduk yang mencolok antara 3
kecamatan kawasan perkotaan dan 7 Kecamatan lainnya.

J. Laju Pertumbuhan Penduduk (0,1)
Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan penduduk (LPP)
Kota Tasikmalaya dalam 5 tahun (2007-2011) terakhir rata-rata
sebesar 1,77%. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi
pada tahun 2007 (2,01%) sedangkan LPP terendah terjadi pada
tahun 2009 sebesar 1,66%.

K. PDRB Menurut Lapangan Usaha (0,1)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku mengalami peningkatan dari Rp. 7.769.681,60 juta pada
tahun 2009 menjadi Rp. 8.469.035,95 juta pada tahun 2010 dan
menjadi Rp. 9.274.754,67 juta pada tahun 2011. Begitu pula
dengan PDRB Kota Tasikmalaya atas dasar harga konstan tahun
2000 meningkat dari Rp. 3.668.628,20 juta pada tahun 2009
menjadi Rp. 3.878.723,40 juta pada tahun 2010 dan menjadi
Rp. 4.104.241,73 juta pada tahun 2011.

L. Struktur Perekonomian (0,1)
Dari besaran PDRB, dapat digambarkan kontribusi nilai
tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB atau
distribusi persentase sektoral terhadap pembentukan PDRB
sehingga terlihat struktur perekonomiannya. Semakin besar
persentase suatu sektor semakin besar pengaruh sektor
tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah, sehingga
akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan
di wilayah bersangkutan.
Selama tahun 2009-2011, sektor yang paling besar
kontribusinya adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
kemudian sektor Industri Pengolahan. Berdasarkan kelompok
sektor, maka sektor-sektor yang produksinya bukan dalam
bentuk fisik (Tersier) berkontribusi dominan dalam penciptaan
nilai tambah di Kota Tasikmalaya, sekitar 65%, disusul sektorsektor
yang mengolah bahan baku menjadi barang lain yang
lebih tinggi nilainya (Sekunder) sekitar 28%. Sedangkan sektorsektor
yang tidak mengolah bahan baku, melainkan hanya
mendayagunakan sumber-sumber alam (Primer) kontribusinya
semakin kecil, sekitar 7%.

M. Laju Pertumbuhan Ekonomi (0,1)
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat
menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah.
Umumnya, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) diukur dengan
laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. LPE Kota
Tasikmalaya tahun 2009 sebesar 5,72 %, dan sebesar 5,73 %
pada tahun 2010. Pada tahun 2011 LPE Kota Tasikmalaya
mengalami peningkatan yakni 5,81 %. Hal itu menunjukkan
perekonomian Kota Tasikmalaya dalam keadaan terkendali dan
diperkuat oleh angka inflasi yang berada dibawah 2 digit.

N. PDRB Menurut Penggunaan (0,1)
Dilihat dari PDRB menurut Penggunaan, pengeluaran
konsumsi rumah tangga merupakan komponen utama dari
PDRB. Besarnya konsumsi rumah tangga atas dasar harga
berlaku pada tahun 2009 sebesar Rp. 7,8 triliun, tahun 2010
sebesar Rp. 8,5 triliun, meningkat signifikan menjadi Rp. 9,2
triliun pada tahun 2011. Peningkatan konsumsi rumah tangga
ini dipengaruhi tingkat harga (inflasi), pertumbuhan penduduk
serta pendapatan rumah tangga.
Selama tahun 2009-2011, konsumsi pemerintah
cenderung stabil. Persentase Konsumsi Pemerintah terhadap
PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2009 sebesar 9.77%,
tahun 2010 sebesar 9,73% dan tahun 2011 sebesar 9,49%. Hal
ini menunjukkan bahwa pembiayaan pemerintah dalam tiga
tahun terakhir relatif stabil proporsinya terhadap penggunaan
dari dalam daerah dan penggunaan yang bersumber dari luar
daerah.
Kota Tasikmalaya memiliki potensi menarik investasi atau
menurut istilah PDRB disebut Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB). Berdasar Tabel 2.13, PMTB atas dasar harga berlaku
meningkat dari Rp. 3,4 trilyun pada tahun 2009 menjadi Rp. 3,8
trilyun pada tahun 2010 dan tahun 2011 menjadi Rp. 4,2 trilyun.
Pertumbuhan investasi/PMTB didorong meningkatnya investasi
sektor bangunan, seiring meningkatnya kegiatan pembangunan
sektor swasta dan pemerintah khususnya pembangunan
infrastruktur.

O. PDRB Perkapita (0,1)
PDRB perkapita Kota Tasikmalaya terus mengalami
peningkatan yang cukup tinggi. Tahun 2009, PDRB perkapita
atas dasar harga berlaku di Kota Tasikmalaya sebesar
Rp. 7.769.681,60; tahun 2010 sebesar Rp. 8.469.035,95; dan
tahun 2011 menjadi Rp. 9.197.918,49. Namun peningkatan
PDRB perkapita ini, belum menggambarkan secara riil kenaikan
daya beli masyarakat Kota Tasikmalaya karena masih tergantung
pada faktor inflasi.
Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat
bisa digunakan PDRB perkapita atas dasar harga konstan. Tahun
2009 sebesar Rp. 5.867.833,53 menjadi sebesar Rp.
6.103.765,76 pada tahun 2010; sedangkan tahun 2011 sudah
mencapai Rp. 6.372.651,87.

P. Laju Inflasi (0,1)
Angka inflasi mencerminkan stabilitas perekonomian, jika
angkanya dibawah 2 digit (dibawah 10%) mencerminkan relatif
stabilnya perekonomian di wilayah tersebut dan sebaliknya.
Selama tahun 2009 sampai 2011, secara umum inflasi di tingkat
konsumen di Kota Tasikmalaya sekitar 4% sampai 5%,
menunjukkan perekonomian Kota Tasikmalaya cukup terkendali
dan stabil.
Menurut kelompok pengeluaran, hanya kelompok bahan
makanan pada tahun 2010 yang inflasinya di atas 2 digit,
menunjukkan terjadinya sedikit ketidakseimbangan dalam
perekonomian. Sementara itu, terjadi deflasi pada tahun 2009
untuk kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan,
serta pada tahun 2010 untuk kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olah raga.

Q. Indek Pembangunan Manusia (IPM) (0,1)
IPM dihitung sebagai rata-rata sederhana dari tiga
komponen yaitu (1) Indeks harapan hidup, yang diukur dengan
harapan hidup pada saat lahir; (2) Indeks pendidikan, yang
diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada
penduduk dewasa (dengan bobot dua pertiga) dan rata-rata lama
sekolah (dengan bobot sepertiga); dan (3) Indeks standar hidup
layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah
disesuaikan (PPP).
Hasil penghitungan IPM berdasarkan data hasil survei IPM
Kota Tasikmalaya tahun 2011 menunjukkan bahwa pencapaian
IPM Kota Tasikmalaya tahun 2011 telah mencapai 74,82 yang
terbentuk dari indeks kesehatan sebesar 75,05, indeks
pendidikan sebesar 86,62 dan indeks daya beli sebesar 62,80.
pencapaian IPM selama tahun 2007-2011. Dalam kurun
waktu tersebut, pada seluruh komponen IPM terjadi
peningkatan. IPM Kota Tasikmalaya bergerak naik dari 72,74
pada tahun 2007 menjadi 74,82 pada tahun 2011. Pergerakan
yang sama terjadi pada ketiga komponen IPM yaitu indeks
kesehatan meningkat dari 72,97 pada tahun 2007 menjadi
75,05 pada tahun 2011, indeks pendidikan meningkat dari
84,80 pada tahun 2007 menjadi 86,62 pada tahun 2011,
sedangkan indeks daya beli meningkat dari 60,47 pada tahun
2007 menjadi 62,80 pada tahun 2011.

R. Angka Melek Huruf (0,1)
Perkembangan angka melek huruf Kota Tasikmalaya
periode 2007-2011 yang terus bergerak naik mendekati angka
100%, dari 99,20% pada tahun 2007, merangkak menuju
99,42% di tahun 2008, 99,45% di tahun 2009, 99,55% di tahun
2010 dan 99,59% di tahun 2011. Belum tercapainya angka
melek huruf sebesar 100% karena adanya penduduk usia
tua/56 tahun ke atas yang belum bisa baca-tulis karena belum
pernah mengenyam pendidikan sama sekali.

S. Angka Rata-Rata Lama Sekolah (0,1)
Sejalan dengan angka melek huruf, capaian rata-rata
lama sekolah di Kota Tasikmalaya terus mengalami
peningkatan meskipun cenderung melambat. Pada tahun 2007
capaian rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas di
Kota Tasikmalaya sebesar 8,4 tahun meningkat perlahan setiap
tahun hingga menembus 9 tahun pada tahun 2011. Masih
besarnya proporsi penduduk yang hanya berpendidikan SD ke
bawah mempunyai kontribusi sebagai penyebab lambatnya
kemajuan rata-rata lama sekolah di Kota Tasikmalaya.

T. Angka Partisipasi Sekolah (0,1)
Angka pertisipasi sekolah (APS) merupakan
perbandingan antara jumlah anak usia sekolah yang sedang
bersekolah dibagi seluruh jumlah penduduk usia sekolah. Usia
sekolah SD adalah 7-12 tahun; usia sekolah SMP adalah 13-15
tahun dan usia sekolah SMU/K adalah 16-18 tahun.
Pada tahun 2011, APS SD/MI/Paket A sebesar 99,91%
artinya dari seluruh penduduk usia 7-12 tahun yang masih
bersekolah sebesar 99,71%, sisanya 0,29% ada yang
tidak/belum sekolah dan yang sudah tidak bersekolah lagi
(putus sekolah). Sementara itu, APS SMP/MTs/Paket B sebesar
98,63% dan APS SMA/SMK/MA/Paket C sebesar 89,08%.
Semakin tinggi tingkatan sekolah semakin turun APS-ya.
Alasan yang melatarbelakangi antara lain kekurangan biaya,
keterbatasan akses ke sekolah, keharusan mencari nafkah,
menikah dan lain-lain.

III. Pembuatan Diagram dan Tabel (0,1) x 14 = 1,4
A. Tabel dan Diagram Administrasi Kota Tasikmalaya (0,1)




B. Tabel dan Diagram Topografi Kota Tasikmalaya (0,1)






C. Tabel dan Diagram Distribusi Penggunaan Lahan Kota Tasikmalaya Tahun
2011(Ha) (0,1)









Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Mengaji di LDII

Sebelumnya perkenalkan nama saya sandy perdana, anak-anak biasanya panggil saya sandy. Aku lahir kurang lebih 28 tahun yang lalu, tepatnya bulan oktober tahun 1980. Domisili aku pada saat itu di kota bandung di komplek margahayu raya, mungkin nama kompleks ini bagi orang bandung sudah tidak asing lagi karena terkenal kompleks yang dibangun awal tahun 1980an. Lingkungan aku bermain mulai aku kecil sampai menginjak smp sangat mendukung, dalam arti kebetulan penghuni di kompleks tersebut sepantaran dengan aku sehingga aku tidak menemui kendala dalam bermain. Seperti biasa kegiatan dari kecil sampai smp sering dilakukan bersama-sama, mulai sepulang sekolah,kita bermain dilapangan, kebetulan setiap rw punya lapangan masing-masing yang telah disediakan oleh pihak developer. Pada saat itu, hampir sebagai rutinitas kita bermain di sore hari, setelah itu orang tua kami selalu mewanti-wanti agar setelah bermain disore hari, segera mandi dan bersiap-siap untuk ke mesjid. Kebetulan mesjid di

SUCCESS STORY PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KOTA TASIKMALAYA

LAPORAN KARYA TULIS SUCCESS STORY PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KOTA TASIKMALAYA I. PENDAHULUAN Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan program yang diluncurkan pemerintah pusat melalui Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Nasional yang keanggotaannya meliputi 8 (delapan) Kementerian yaitu : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Keuangan. Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarustamakan percepatan pembangunan sektor sanitasi, dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010 – 2014 dan MDG’s 2015. II. SEJARAH PPSP DI KOTA TASIKMALAYA Keikutsertaan Kota Tasikmalaya dalam Program PPSP dimulai melalui pernyataan surat minat untuk mengikuti

Mau Jadi Fungsional Perencana??? Yakin... coba baca dulu ya...

Mau Jadi Fungsional Perencana??? Yakin... coba baca dulu ya... Hai.. selamat pagi... Oke, kali ini saya akan membahas tentang apa yang harus diketahui sebelum memilih untuk mengambil Jabatan Fungsional Perencana. Mungkin banyak disini teman-teman yang bertanya, kenapa sih ngambil fungsional perencana, koq ngga ke struktural/jabatan administrator, ih sayang loh,, kan punya potensi, emang gak bosen klo nanti ambil fungsional, nanti klo jadi fungsional ngga punya kebijakan loh atau yang lebih parah, fungsional merupakan orang-orang buangan... oke,, mungkin itu beberapa pertanyaan dari sekian banyak pertanyaan yang nyangkut sama saya. Dari sekian pertanyaan tersebut diatas, saya sendiri ngga mau ambil pusing, yang jelas saya mencoba menyampaikan apa yang saya rasakan sendiri sebagai fungsional perencana. Oke kita mulai ya,, oiya,, persiapkan cemilannya, karena ini lumayan menguras pikiran anda...hehehe.. Berawal dari tahun 2011, ada informasi dari Pusbindiklatren Bappen